Jumat, 28 Maret 2014

Permasalahan Banjir Jakarta


Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Karena jakarta merupakan ibukota negara indonesia tidak dapat dipungkiri sebagian masyarakat dari luar daerah berbondong bondong untuk datang ke jakarta dengan tujuan memperoleh mata pencaharian yang lebih baik. Jakarta sebagai kota yang berpenduduk terbanyak nomor  2 di dunia ini tidak lepas dari masalah yang ditimbulkan terutama seputar masalah sampah. Hal ini yang menimbulkan seringnya terjadi banjir di jakarta.
Tidak banyak masyarakat yang mengeluh seputar masalah banjir dan juga menyalahkan pemerintah setempat, tetapi jika kita sendiri tidak memiliki kesadaran untuk hidup bersih bebas sampah tidak akan membantu kinerja pemerintah untuk dapat menganggulani masalah banjir jakarta . Sampah masih menjadi masalah pelik bagi Kota Jakarta. Tiap harinya 6.500 ton sampah dibuang warga Jakarta. Volume sampah ini naik rata-rata 5 persen setiap tahunnya. Tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah sampah yang ada di ibukota
"Jumlah sampah yang dihasilkan Jakarta sampai saat ini mencapai 6.500 ton per hari dan setiap harinya naik 5 persen tiap tahunnya," kata Kepala Suku Dinas Kebersihan DKI, Eko Bharuna, dalam rilisnya, Kamis (9/1/2012). 
Eko mengatakan 6.500 ton sampah ini dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang pencapai 10 juta orang. Sampah-sampah tersebut diangkut 1.100 truk pengangkut sampah yang melayani warga Jakarta tiap harinya. 
"Angka 10 juta penduduk itu tidak kita sertakan 2,5 juta warga komuter yang biasanya bekerja di Jakarta pada siang hari. Dalam mengelola sampah kita harus mengejar jumlah warga yang terus meningkat," lanjutnya. 
Salah satu cara untuk mengatasi masalah sampah ini, Pemrov DKI mengembangkan pengolahan sampah berbasis teknologi melalui sistem Intermediate Treatment Facility (ITF). Pelaksanaan ITF mengajak peran serta swasta. 
"Kita fokus pada pembangunan Tiga fasilitas ITF di Cakung Cilincing, Sunter dan Marunda untuk mempercepat pengolahan sampah dan mengurangi sampah yang dibuang ke Bantar Gebang," sambungnya.
Eko menyatakan ITF Cakung Cilincing sudah beroperasi sejak Agustus 2011 dengan kemampuan sampah rata-rata 500 ton per hari. Sampah yang masuk ke ITF tersebut bisa diolah menjadi BBG/listrik, briket sampah, kompos.
"ITF Marunda akan segera dibangun dengan fasilitas pengelolaan sampah di sungai dan laut di kawasan Marunda. Fasilitas ini akan dilengkapi dukungan armada kapal pembersih sampah pantai," jelasnya.
Selain berbagai fasilitas itu, Eko mengatakan penanggulangan masalah sampah Jakarta juga harus melibatkan masyarakat. "Kita adakan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat untuk melaksanakan konsep 3R (reduce, reuse, recycle)," ucapnya.
Perilaku buruk masyarakat yang gemar membuang sampah sangat memprihatinkan, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan di sekitarnya membuat masalah pencemaran lingkungan kian memburuk. Kesehatan merupakan salah satu yang terancam jika sampah tidak dikelola dengan baik, berbagai penyakit dapat muncul dengan cepat pada kondisi lingkungan yang buruk.
Di media sosial twitter akun Ganti Jakarta mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan Jakarta yang lebih baik. Salah satunya mensosialisasikan mengenai pengelolaan sampah lewat twitter.

Berikut beberapa pemberitahuan atau bujukan akun Ganti Jakarta melalui twitternya:

1. "Sampah, di buang dimana ya?".
Tong sampah organik dan anorganik sudah tersebar di kota besar seperti Jakarta. Sayangnya segelintir masyarakat belum banyak yang mengetahui cara membedakan sampah organik dan anorganik. Sampah organik itu mudah terurai, seperti kertas, sisa makanan, daun kering dan sampah anorganik yang sulit terurai seperti kaleng, plastik.
2. "Mengelola sampah anorganik".
Banyak cara untuk mengelola sampah menjadi barang yang dipakai untuk sehari-hari. Apa saja yang bisa dilakukan? seperti membawa tas sendiri saat berbelanja, membuat berbagai macam kreasi dari bahan sampah (tas, map, dompet, payung).
Bila hal ini dilakukan sampah menjadi barang yang bisa menghasilkan uang, daripada dibuang dan menjadi sia-sia lebih baik kalau sampah dijadikan kreasi yang bisa bermanfaat untuk digunakan sehari-hari.
3. "Buang sampah sembarangan Denda Rp 500 ribu".
Dengan membuang sampah sembarangan, khususnya masyarakat Jakarta sudah diberlakukan denda Rp 500 ribu jika ketahuan membuang sampah sembarangan. Dengan nominal Rp 500 ribu kita bisa membeli 50kg beras, 5kg daging, 77 liter bensin, 1 MP3 player, 71 porsi bakso dan 100 tiket KRL harian.
Daripada uang sebanyak itu dipakai untuk membayar denda, apa susahnya membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Toh kalau dibuang sembarangan bisa merusak pemandangan dan menyebabkan banjir, siapa yang repot?
4. "Sampah kecil pun kalo jutaan orang buang sembarangan jadi menggunung".
Masalah sepele dengan membuang sampah seperti bungkus permen secara sembarang kalau dilakukan oleh jutaan orang sampah pun menggunung. Solusinyanya setelah makan permen kalau tidak ada tong sampah yang disediakan alangkah baiknya kalau bungkusnya disimpan di saku dahulu.
5. "Berapa besar manfaat yang anda ciptakan?".
Hanya dengan menggunakan tong sampah seharga Rp 50 ribu, kita bisa Rp 20 T kerugian banjir yang diderita 9,6 juta warga, atau beban Rp 2 juta per orang akan berkurang. 33 Spesies ikan terakhir di sungai Ciliwung terselamatkan dari habitat yang rusak karena sampah. 1,301 pemulung bekerja lebih mudah jika sampah dikumpulkan dengan benar. Rp 2 T anggaran untuk mengeruk kali yang mampet yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyekolahkan anak-anak jalanan.
dengan langkah langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi persoalan seputar masalah banjir yang ada di jakarta, karena langkah kecil yang dilakukan masyarakat dapat berdampak besar untuk jakarta

Referensi:
 wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar