Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km²
(lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah
metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang
berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan
metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Karena
jakarta merupakan ibukota negara indonesia tidak dapat dipungkiri sebagian
masyarakat dari luar daerah berbondong bondong untuk datang ke jakarta dengan
tujuan memperoleh mata pencaharian yang lebih baik. Jakarta sebagai kota yang berpenduduk
terbanyak nomor 2 di dunia ini tidak
lepas dari masalah yang ditimbulkan terutama seputar masalah sampah. Hal ini
yang menimbulkan seringnya terjadi banjir di jakarta.
Tidak banyak masyarakat yang mengeluh seputar
masalah banjir dan juga menyalahkan pemerintah setempat, tetapi jika kita
sendiri tidak memiliki kesadaran untuk hidup bersih bebas sampah tidak akan
membantu kinerja pemerintah untuk dapat menganggulani masalah banjir jakarta . Sampah
masih menjadi masalah pelik bagi Kota Jakarta. Tiap harinya 6.500 ton sampah
dibuang warga Jakarta. Volume sampah ini naik rata-rata 5 persen setiap
tahunnya. Tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk
membuang sampah pada tempatnya tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah
sampah yang ada di ibukota
"Jumlah sampah yang dihasilkan Jakarta
sampai saat ini mencapai 6.500 ton per hari dan setiap harinya naik 5 persen
tiap tahunnya," kata Kepala Suku Dinas Kebersihan DKI, Eko Bharuna, dalam
rilisnya, Kamis (9/1/2012).
Eko mengatakan 6.500 ton sampah ini dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang pencapai 10 juta orang. Sampah-sampah tersebut diangkut 1.100 truk pengangkut sampah yang melayani warga Jakarta tiap harinya.
"Angka 10 juta penduduk itu tidak kita sertakan 2,5 juta warga komuter yang biasanya bekerja di Jakarta pada siang hari. Dalam mengelola sampah kita harus mengejar jumlah warga yang terus meningkat," lanjutnya.
Eko mengatakan 6.500 ton sampah ini dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang pencapai 10 juta orang. Sampah-sampah tersebut diangkut 1.100 truk pengangkut sampah yang melayani warga Jakarta tiap harinya.
"Angka 10 juta penduduk itu tidak kita sertakan 2,5 juta warga komuter yang biasanya bekerja di Jakarta pada siang hari. Dalam mengelola sampah kita harus mengejar jumlah warga yang terus meningkat," lanjutnya.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah sampah
ini, Pemrov DKI mengembangkan pengolahan sampah berbasis teknologi melalui
sistem Intermediate Treatment Facility (ITF). Pelaksanaan ITF mengajak peran
serta swasta.
"Kita fokus pada pembangunan Tiga
fasilitas ITF di Cakung Cilincing, Sunter dan Marunda untuk mempercepat
pengolahan sampah dan mengurangi sampah yang dibuang ke Bantar Gebang,"
sambungnya.
Eko menyatakan ITF Cakung Cilincing sudah
beroperasi sejak Agustus 2011 dengan kemampuan sampah rata-rata 500 ton per
hari. Sampah yang masuk ke ITF tersebut bisa diolah menjadi BBG/listrik, briket
sampah, kompos.
"ITF Marunda akan segera dibangun dengan
fasilitas pengelolaan sampah di sungai dan laut di kawasan Marunda. Fasilitas
ini akan dilengkapi dukungan armada kapal pembersih sampah pantai," jelasnya.
Selain berbagai fasilitas itu, Eko mengatakan
penanggulangan masalah sampah Jakarta juga harus melibatkan masyarakat.
"Kita adakan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat untuk melaksanakan
konsep 3R (reduce, reuse, recycle)," ucapnya.
Perilaku buruk masyarakat yang gemar membuang sampah
sangat memprihatinkan, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan di
sekitarnya membuat masalah pencemaran lingkungan kian memburuk. Kesehatan
merupakan salah satu yang terancam jika sampah tidak dikelola dengan baik,
berbagai penyakit dapat muncul dengan cepat pada kondisi lingkungan yang buruk.
Di media sosial twitter akun Ganti Jakarta mengajak
masyarakat untuk melakukan perubahan Jakarta yang lebih baik. Salah satunya
mensosialisasikan mengenai pengelolaan sampah lewat twitter.
Berikut beberapa pemberitahuan atau bujukan
akun Ganti Jakarta melalui twitternya:
1. "Sampah, di buang dimana ya?".
1. "Sampah, di buang dimana ya?".
Tong sampah organik dan anorganik sudah tersebar di kota
besar seperti Jakarta. Sayangnya segelintir masyarakat belum banyak yang
mengetahui cara membedakan sampah organik dan anorganik. Sampah organik itu
mudah terurai, seperti kertas, sisa makanan, daun kering dan sampah anorganik
yang sulit terurai seperti kaleng, plastik.
2. "Mengelola
sampah anorganik".
Banyak cara untuk mengelola sampah menjadi barang yang
dipakai untuk sehari-hari. Apa saja yang bisa dilakukan? seperti membawa tas
sendiri saat berbelanja, membuat berbagai macam kreasi dari bahan sampah (tas,
map, dompet, payung).
Bila hal ini dilakukan sampah menjadi barang yang bisa
menghasilkan uang, daripada dibuang dan menjadi sia-sia lebih baik kalau sampah
dijadikan kreasi yang bisa bermanfaat untuk digunakan sehari-hari.
3. "Buang
sampah sembarangan Denda Rp 500 ribu".
Dengan membuang sampah sembarangan, khususnya masyarakat
Jakarta sudah diberlakukan denda Rp 500 ribu jika ketahuan membuang sampah
sembarangan. Dengan nominal Rp 500 ribu kita bisa membeli 50kg beras, 5kg
daging, 77 liter bensin, 1 MP3 player, 71 porsi bakso dan 100 tiket KRL harian.
Daripada uang sebanyak itu dipakai untuk membayar denda,
apa susahnya membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Toh kalau
dibuang sembarangan bisa merusak pemandangan dan menyebabkan banjir, siapa yang
repot?
4. "Sampah
kecil pun kalo jutaan orang buang sembarangan jadi menggunung".
Masalah sepele dengan membuang sampah seperti bungkus
permen secara sembarang kalau dilakukan oleh jutaan orang sampah pun
menggunung. Solusinyanya setelah makan permen kalau tidak ada tong sampah yang
disediakan alangkah baiknya kalau bungkusnya disimpan di saku dahulu.
5. "Berapa
besar manfaat yang anda ciptakan?".
Hanya dengan menggunakan tong sampah seharga Rp 50 ribu,
kita bisa Rp 20 T kerugian banjir yang diderita 9,6 juta warga, atau beban Rp 2
juta per orang akan berkurang. 33 Spesies ikan terakhir di sungai Ciliwung
terselamatkan dari habitat yang rusak karena sampah. 1,301 pemulung bekerja
lebih mudah jika sampah dikumpulkan dengan benar. Rp 2 T anggaran untuk
mengeruk kali yang mampet yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyekolahkan
anak-anak jalanan.
dengan langkah langkah ini diharapkan dapat membantu
mengurangi persoalan seputar masalah banjir yang ada di jakarta, karena langkah
kecil yang dilakukan masyarakat dapat berdampak besar untuk jakarta
Referensi:
wikipedia