FENOMENA KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur"
dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam, dapat kita tinjau
dari 1 sisi kebudayaan, contohnya kebudayaan Jawa tengah. Jawa Tengah adalah
sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi
ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan
Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan
Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04%
dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di
sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun
Jawa di Laut Jawa. Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang
juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai
"jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula
suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti
suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga
Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh
provinsi ini.
Sejarah
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia
Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni
Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan
daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri dan terdiri dari
dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta.
Masing-masing gewest terdiri atas kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang Gewest
juga meliputi Regentschap Tuban dan Bojonegoro. Setelah diberlakukannya
Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten diberi otonomi dan dibentuk Dewan
Daerah. Selain itu juga dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu
Pekalongan, Tegal, Semarang, Salatiga, dan Magelang. Sejak tahun 1930, provinsi
ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale
Raad). Provinsi terdiri atas beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi
beberapa kabupaten (regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan
(district). Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan,
Jepara-Rembang, Semarang, Banyumas, dan Kedu. Menyusul kemerdekaan Indonesia,
pada tahun 1946 Pemerintah membentuk daerah swapraja Kasunanan dan
Mangkunegaran; dan dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang
ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29
kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini
diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal 15 Agustus
1950.
Seni Budaya
GAMELAN JAWA
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan
Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam
Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini
tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada
pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya
Keraton.
WAYANG KULIT
Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum
kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa.
Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang
Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme.
Menurut Kitab Centini,
tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula
sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sektar
abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan
digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari
gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera
Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa
Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan
Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara
Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
TARIAN JAWA
Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat
baru ini. Ternyata pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang
tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat tarian bersifat spontan dan sederhana,
maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar, rumit, halus, dan
simbolis. Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang
terdapat pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali
ditambah dengan gerak mata.
Tarian yang terkenal
ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti wayang
wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Bedhaya
Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung
(1613-1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram
pertama (Panembahan Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut
selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono, 1990). Tarian ini ditampilkan oleh
sembilan penari wanita.
KERIS JAWA
Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai
symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin
prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili
sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa
mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari
satu sura.
Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu
keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel,
bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga
kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang maha
pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu.
Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang
sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak
lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.
KETOPRAK
Ketoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat ing Jawa
tengah, ananging ugo bisa tinemu ing Jawa sisih Wetan (Jawa Timur ).Ketoprak
wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa tengah lan biso ngasorake kesenian
liyane ,umpamane Srandul, Emprak lan sakliyane. Ketoprak wiwit bebukane awujud
dedolanan para priyo ing dusun kang lagi nganaake lelipur sinambi nabuh lesung
kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari , kasebut Gejog. Ana ing tembe
kaering tembang bebarengan ing kampung /dusun kanggo lelipur . Sak teruse ana
tambahan gendang, terbang lan suling, mula wiwit saka iku kasebut Ketoprak
Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Sak banjure ana ing tahun 1909
wiwitan dianaake pagelaran Ketoprak kanthi paripurna/lengkap.
Pagelaran Ketoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane
masyaraket/umum, yokuwi Ketoprak Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro,
sing mandegani kabeh para pria. Carita kang dipagelarake yoiku : Warso - Warsi,
Kendono Gendini, Darmo - Darmi, dlan sapanunggalane. Sak wise iku pagelaran
Ketoprak sang soyo suwe dadi lan apike lan dadi klangenane masyarakat, utamane
ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sak wise Pagelaran Ketoprak dadi pepak
anggone carita lan ugo kaering gamelan . Anane gegayutan karo pagelaran
“teater” para narapraja.
Dengan demikian budaya di Indonesia khususnya jawa tengah
harus dilestarikan karena budaya ini tidak terbentuk dengan sendirinya,
melaikan dari orang orang sebelum kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar